SUKSESKAN PESPARAWI VII TINGKAT PROV. KALBAR DI KOTA SINGKAWANG

Sabtu, 26 Oktober 2013

Tekankan Kedisiplinan, 50 Hari Latihan Nonstop


509 Penari Tarian Kolosal dalam Gema Lonceng Pesparawi
By
Ket Photo: TARIAN: Tarian kolosal Gema Lonceng Pesparawi yang ditampilkan pada malam pembukaan Pesparawi VII tingkat Kalbar di Stadion Kridasana, Senin (21/10) malam. (gambar samping), penata tari GLP sedang memperhatikan.Ramses/Pontianak Post
Font size: Decrease font Enlarge font
Pembukaan Pesparawi semarak dengan tari kolosal yang ditajuk Gema Lonceng Pesparawi. Tarian dari tiga etnis di Singkawang serta NKRI ini melibatkan 509 orang. Mulai dari pelajar SD, SMP dan SMA ditambah mahasiswa dari perguruan tinggi di Kota Singkawang.
 Ramses L Tobing, Singkawang


LUAR biasa, dua kata itu patut disematkan saat pembukaan Pesparawi VII tingkat Kalbar di Stadion Kridasana, Senin (21/10) malam. Meski cuaca di malam itu hujan gerimis tapi tak menyurutkan masyarakat untuk menyaksikan even akbar yang digelar di Kota Bumi Bertuah Gayung Bersambut ini.Suasana semakin semarak, ketika pada pembukaan itu disuguhkan Tarian Kolosal “Gema Lonceng Pesparawi”, di halaman Stadion Kridasana. Penonton pun merapat ke tepian lapangan, untuk melihat lebih dekat tarian yang melibatkan tiga etnis di Kota Singkawang dan NKRI. Tak ketinggalan juga fotografer pun mengabadikan momen itu yang hanya berlangsung selama 40 menit. Namun dibalik itu, perlu melihat bagaimana persiapan yang dilakukan sebelum tarian kolosal itu ditampilkan.
Mulai dari peserta yang dilibatkan, diantaranya 509 penari (putra/putri) yang merupakan pelajar dari tingkat SD, SMP, SMA / SMK / Mahasiswa di Kota Singkawang. Perekrutan itu dibagi dalam tiga, yakni etnis dayak dimainkan 100 orang putra dan 250 orang putri, etnis cina dimainkan 100 orang putri, etnis melayu dimainkan 50 orang putra dan 50 orang putri,, penari NKRI dimainkan 50 orang putri, dan ditambah 9 penari lonceng.
 “Secara keseluruhannya jumlahnya ada 509 penari yang kita libatkan,” kata penata tari Anwar Razali alias Way yang ditemui di kediamannya, Jalan Hansip, Kelurahan Sekip Lama, Kecamatan Singkawang Tengah, Rabu (23/10) pagiProses perekrutan pun tidak gampang. Para penari ini didatangkan dari lima sanggar di Kota Singkawang, diantaranya Sanggar Simpur, Enggang Gading, Enggang Borneo, Dara Basule, dan Barakat Tidayung Kota Singkawang.
 “Lima sanggar di kumpulkan, kemudian masing-masing dari mereka lakukan penyeleksian untuk memilih penarinya,” kata Way.
Mereka yang terpilih pun, adalah mereka yang benar-benar memiliki dasar tarian. Sehingga ketika latihan tidak terlalu rumit. Hal itu dilakukan karena mengingatkan waktu yang mepet, mendekati hari pelaksanaan pembukaan Pesparawi.
 “Jadi tidak serta merta langsung datang. Setelah mereka melewati seleksi di masing-masing sanggar, kita seleksi lagi sehingga mereka yang terpilih itu benar-benar sudah memiliki dasar tarian. Jika tidak maka gugur. Makanya awalnya hampir 700 penari, setelah diseleksi yang tertinggal hanya 509,” jelas dia.
Setelah ditentukan jumlah, maka langkah selanjutnya mulai ditentukan siapa-siapa saja yang akan menarikan tari dayak, melayu maupun cina. Penentuan ini tidaklah mudah, karena masing-masing etnis memiliki karakter yang berbeda dalam tariannya.
 “Dari tiga etnis itu, yang cukup berat gerakkannya adalah tari melayu. Karena, selain penari harus mempunyai bakat/dasar menari, penyesuian antara gerak dan musik juga cukup sulit. Oleh karena itu, banyak pergantian baik gerak maupun irama pada tarian etnis melayu tersebut,” jelas Way, saat didampingi Penata Artistik, Zulfikar dan Koordinator Pelatihan sekaligus Ketua Sanggar Simpur, Sudiadi.
Setelah penentuan siapa penari dari tiga etnis tersebut, maka proses latihan mulai dijalani. Karena waktu yang semakin dekat, maka latihan hanya berlangsung selama 50 hari. latihan dilakukan mulai dari pukul 15.00-17.00 WIB, di Stadion Kridasana. Menjelang satu minggu pembukaan, maka latihan digenjot tidak hanya sore hari, tapi juga mala, mulai dari pukul 19.00-2100 WIB. Dan itu dilakukan secara rutin tiap hari.
Way tak menampik berbagai kendala dialami saat menjalani prosesi latihan. Dimana yang dilatihanya, sebagaian peserta yang masih berstatus pelajar sekolah dasar.Karena itu, agar terjalin keharmonisan dalam tarian, dan penari disiplin dalam berlatih Way dibantu 20 asisten. Untuk masing-masing kelompok tarian saja, ditangani 4 asisten penata tari. “Asisten inilah yang akan mengontrol mereka berlatih. Tetapi sebelumnya sudah dirapatkan terlebih dahulu, bagaimana gerakan tarian yang akan dilakukan kemudian disingkronkan dengan musik. Setelah itu baru dibawa asisten ke peserta tarinya. Yang terpenting semuanya dilakukan secara bersama-sama,” ungkap dia.
Namun, bagi Way, agar dapat menyuguhkan tarian yang indah tidak hanya mengenjot durasi latihan para peserta. Tapi juga tingkat kedisplinan yang harus dijalani, dan itu tidak hanya peserta tapi juga penara tari, musik dan art, serta asisten tari dan pendamping lain yang ikut terlibat.
Karena kedisiplinan dan kerjasaa tim yang solid, hingga akhirnya Tarian Kolosal “Gema Lonceng Pesparawi”, memukau ribuan penonton pada malam pembukaan Pesparawi VII tersebut.Sementara itu, Koordinator Pelatihan, Sudiadi mengatakan rentang waktu yang pendek membuat tim harus saling bekerjasama dengna baik.
Menurut Sudiadi menambahkan, musik-musik yang digunakan yakni musik yang bernuansa tiga pilar etnis yang ada di Singkawang, kemudian dipadukan dengan NKRI, dan ditarikan anak-anak sebagai tanda untuk melambangkan ke Bhinnekaan Tunggal Ika. Irama musik yang berdurasi selama 40 menit itu, jelas Sudiadi, selain menggunakan alat-alat tradisional, seperti Accordion, Gong, dan Rampak, pihaknya juga menggunakan alat-alat listrik seperti Bass, Gitar + efek dan Keyboard. “Alat listrik dan tradisional ini kita kolaborasikan, agar bisa menghasilkan nuansa yang riligius,” kata pria yang juga Ketua Sanggar Simpur. (*)

 http://www.pontianakpost.com/pro-kalbar/singkawang/9999-tekankan-kedisiplinan-50-hari-latihan-nonstop.html

0 komentar:

Posting Komentar